TUGAS FISIOLOGI TUMBUHAN
ENZIM
Dosen
Pembimbing : Lussana, S. Pd., M. Pd.
Oleh:
Nama :
Rafi Rahmad Istianto
NPM :
09320210
Kelas :
5E
PROGDI PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU
PENGETAHUAN ALAM
IKIP PGRI SEMARANG
2011
A. METABOLISME
DAN PERAN ENZIM
1.
METABOLISME
TUMBUHAN
Sel – sel yang hidup
perannya identik dengan pabrik – pabrik kimia yang tergantung pada ketersediaan energi dan harus
mematuhi hukum – hukum kimia.
Respirasi merupakan
pemecahan molekul karbohidrat secara oksidatif menjadi CO2 dan air.
Anabolisme maupun
katabolisme berlangsung secara sistematis dan teratur membentuk lintasan
metabolik.
Sel dapat mengatur
lintasan metabolik yang dikehendakinya agar terjadi dan mengatur kecepatan
reaksi tersebut dengan cara memproduksi suatu katalisator dalam jumlah yang
sesuai dan pada saat yang dibutuhkan.
Enzim berperan secara
lebih spesifik dalam hal menentukan reaksi mana yang akan dipacu dibandingkan
dengan katalisator anorganik, sehingga ribuan reaksi dapat berlangsung dengan
tidak menghasilkan produk sampingan yang beracun.
Disamping berbagai
keunggulannya, enzim juga mempunyai kelemahan, antara lain karena enzim adalah
protein dengan molekul berukuran besar, sehingga tentu saja sintesisnya
membutuhkan energy dalam jumlah yang besar pula.
2.
KOMPOSISI
KIMIA DAN STRUKTUR 3 – DIMENSI ENZIM
Setiap enzim terbentuk
dari molekul protein sebagai komponen utama penyusunnya dan beberapa enzim
hanya terbentuk dari molekul protein dengan tanpa adanya penambahan komponen
lain.
Struktur 3 – dimensi
dari mulai suatu rantai polipepida atau suatu molekul protein yang terbentuk
dari beberapa rantai polipeptida ditentukan oleh jenis asam – asam amino dan
urutan dari asam – asam amino pada rantai polipeptida penyusunnya.
Setiap rantai polipeptida
atau molekul protein secara spontan akan membentuk konfigurasi dan urutan asam
amino penyusunnya dan kondisi pH, suhu, kekuatan ionik dan faktor – faktor lain
yang berpengaruh didalam sel.
Dalam sitosol sel,
asam-asam amino yang lebih bersifat hidrofobik (seperti valin, leusin,
isoleusin, metionin, dan kadang tirosin) akan mengumpulmpada bagian dalam,
sedangkan asam – asam amino yang lebih
bersifat hidrofilik (seperti serin, asam glutamate, glutamine, asam aspartat,
asparagin, lisin, histidin, dan arginin) umumnya berada pada bagian permukaan
molekul protein atau enzim.
Untuk enzim yang
terdiri lebih dari satu rantai polipeptida, misalnya ribose bisfosfat
karboksilase (sering disingkat Rubisco atau RuBP atau RuDP), ikatan yang
menyatukan rantai – rantai polipeptida tersebut pad dasarnya sama dengan
ikatan-ikatan sekunder yang menyebabkan rantai polipeptida melipat.
Jika rantai – rantai
polipeptida penyusun enzim identik satu sama lain, maka yang terbentuk adalah
homopolimer; sedangkan jika rantai – rantai polipeptida penyusunnya tidak sama
satu dengan yang lainnya (sebagaimana pada kebanyakan kasus) mka yang terbentuk
adalah heteropolimer.
3.
GUGUS
PROSTETIK, KOENZIM DAN VITAMIN
Disamping komponen
proteinnya, beberapa enzim juga mengandung senyawa organic nonprotein dengan
ukuran molekul yang lebih kecil.
Beberapa enzim
mengandung gugus prostetik yang mengikat ion – ion logam, seperti besi dan
tembaga pada sitokrom oksidase.
Beberapa enzim lainnya
tidak mengandung gugus prostetik, tetapi untuk melaksanakan aktivitasnya
membutuhkan partisipasi dari senyawa organic lain dan/atau ion logam tertentu.
Vitamin disintesis oleh
tumbuhan disamping bermanfaat bagi manusia atau hewan yang mengkonsumsinya,
juga berperan dalam metabolism tumbuhan itu sendiri.
Beberapa unsure hara
dapat berperan sebagai activator enzim, ion Mg2+ berperan sebagai
activator enzim – enzim yang menggunakan ATP atau nukleosida difosfat atau
trifosfat lainnya sebagai substrat.
4.
KOMPARTEMENTASI
ENZIM
Hasil suatu tahap
reaksi akan dibebaskan pada tempat dimana hasil ini dapat segera dikonservasi
oleh enzim erikutnya. Proses ini berlangsung terus – menerus sampai dihasilkan
produk akhirnya.
Kompartementasi enzim
akan meningkatkan efisiensi banyak proses yang berlangsung didalam sel, karena:
a.
Reaktan
tersedia pada tempat dimana enzim tersedia
b.
Senyawa
yang akan dikonversi dikirim kearah enzim yang akan berperan untuk menghasilkan
produk sesuai yang dikehendakidan tidak disimpangkan pada lintasan yang lain.
5.
FUNGSI
SPESIFIK DAN NOMENKLATUR ENZIM
Salah satu sifat
penting enzim adalah fungsinya yang spesifik. Setiap enzim hanya bereaksi
dengan satu substrat (reactant) atau
kelompok kecil substrat yang mirip stu sama lain yang mempunyai fungsi sama.
Lebih dari 4500 enzim
telah diidentifikasi dari sel-sel makhluk hidup dan jumlah ini akan bertambah
terus menerus seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan.
Internasional Union of
Biochemistry membuat sistem nama yang lebih panjang, deskriptif dan baku untuk
semua enzim yang perannya sudah jelas.
6.
ENZIM
TIDAK PERPERAN BOLAK BALIK
Jika potensi kmia
reaktan (substrat) jauh lebih tinggi dibandingkan produk, reaksi yang
berlangsung akan menghasilkan produk, karena hokum kimia aksi massa (mas action).
Molekul- molekul besar
seperti lemak, protein, pati, asam nukleat, dan beberapa gula disentesis oleh
serangkaian enzim tertentu dan diurai oleh sekelompok enzim lainnya.
Enzim sintetik dan
enzim degradatif umumnya berada dalam sel pada tempat terpisah (dipisakan oleh
membran), atau dibentuk pada saat yang bebeda, sehingga kompetisi antara kedua
kelompok enzim ini dapat dihindari.
7.
ISOZIM
Sekitar tahun 1940-an,
teknik elektroforesis dikembangkan untuk memisahkan protein dan dengan teknik ini berhasil
ditemukan aspek-aspek penting tentang enzim.
Bila suatu enzim
diselidiki dengan teknik elekroforesis, maka sering dijumpai lebih dari satu
zona-terwarna (stained zone) pada
gel.
Keuntungan bagi
tumbuhan yang mengandung isozim adalah karena isozim-isozim tersebut akan
memiliki tanggapan yang berbeda terhadap factor-faktor lingkungan.
Walaopun isoenzim pada
suatu jaringan memiliki urutan asam amino yang sama dengan isozim lainnya pada
jaringan yang berbeda, antara kedua isozom tersebut mungkin berbea muatan, kemampuant katalitik
atau tanggapan terhadap factor lingkungan.
Beberapa contoh
modifikasi terjadi karena fosfolilasi (dimana fosfat teresterisasi pada gugus
hidroksil dari suatu atau lebih serin atau theonin pada isozim), glikosilasi (dimana
satu atau lebih gula terikat pada enzim), dan metilasi atau asetilasi (dimana
suatu atau lebih gugus metal atau asetil melekat pada enzim)
8.
PENGARUH
DENATURASI TERHADAP AKTIVITAS ENZIM
Pada dasarnya enzim
yang telah mengalami denaturasi, masih dapat kembali ke bentuk normalnya dan
dapat kembali berfungsi.
Pada kondisi yang lebih
ekstrem, enzm dapat dirombakdan tidak dapat balik, misalnya pada kondisi suhu
yang lebih tinggi.
Ekstrasi dan purifikasi
enzim harus dilakukan pada suhu yang relatif rendah untuk menghindari
terjadinya denaturasi, walaupun seandanya pada kondisi didalam sel, enzim
tersebut tidak terdenaturasi pada suhu yang relatif tinggi.
Oksigen dan bahan
pengoksidasi lainnya juga dapat menyebabkan denaturasi berbagai enzim, sering
terjadi karena pembentukan jembatan bisulfida antara gugus –SH dari sistein
yang terdapat pada molekul enzim.
Pada kadar air yang
rendah, enzim lebih lama tahan terhadap pengaruh suhu tinggi karena denaturasi
lebih sulit untuk terjadi.
B. MEKANISME
DAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ENZIM
1.
MEKANISME
AKSI ENZIM
Hanya molekul yang
paling energik yang umumnya dapat berubah selama reaksi kimia berlangsung.
Peningkatan suhu
menyebabkan jumlah molekul dengan tingkat energi yang lebih tinggi dari energi
aktivasi yang dibutuhkan sehingga lebih banyak molekul yang dapat bereaksi,
sedangkan enzim berperan menurunkan tingkat energy aktivasi yang dibutuhkan
dengan demikian akan menyebabkan lebih banyak molekul yang dapat bereaksi.
Enzim dan satu atau
beberap substrat menyatu selama proses reaksi berlangsung membentuk kompleks
enzim-substrat.
Emil Fisher (1884)
mengemukakan bagian enzim tempat menyatu dengan substrat disebut dengan sisi
aktif (active side).
Danil E. Koshland
mengemukakan bahwa sisi aktif enzim dapat disesuaikan dengan struktur substrata tau produk setelah
molekul-molekul mendekati sisi aktif enzim.
Ikatan antara enzim dan
substrat dapat berupa ikatan kovalen, ionik, hydrogen, atau Van der Waals.
Enzim harus mempunyai
asam-asam amino yang sesuai (komposisi) dan berbeda pada posisi yang tepat
(urutan).
2.
ENZIM
ALOTERIK DAN KENDALI UMPAN BALIK
Kasus yang umum adalah
penghambatan suatu reaksi oleh metabolit yang secara kimia tidak berhubungan
dengan substrat tetapi dapat bereaksi dengan enzim.
Keuntungan hambatan
umpan balik adalah sebagai mekanisme yang cepat dan sensitif untuk menghindari
sintesis yang berlebihan dari suatu produk akhir, karena hambatan umpan balik
ini hanya akan terjadi jika produk akhir tersebut mulai terakumulasi, karena
telah melampaui tingkat kebutuhan sel.
Suatu akibat dari
peningkatan alosterik adalah perubahan konfigurasi enzim sehingga nilai
konstanta Michalis-Menten (Km) substrat utamanya berubah (menigkat atau
menurun).
3.
PENGARUH
KONSENTRASI SUBSTRAT DAN KONSENTRASI ENZIM
Katalis hanya jika
enzim dan substrat membentuk suatu kompleks. Keuntungan dengan mengetahui nilai
Km untuk enzim tertentu adalah:
a. Jika konsentrasi substrat dalam sel pada
kondisi inidapat di ukur, maka dapat diperkirakan apakah sel membutuhkan
tambahan enzim atau substrat untuk memacu laju reaksinya.
b. Nilai Km merupakan perkiraan ukuran dari
afinitas enzim terhadap substrat rendah.
c. Nilai Km memberikan perkiraan
konsentrasi substrat dari enzim tersebut pada bagian sel dimana reaksi tersebut
berlangsung.
4.
PENGARUH
PpH
pH medium dapat
mempengaruhi aktivitas enzim, selain itu dapat menyebabkan denaturasi enzim, Ph
juga mempengaruhi laju reaksi dengan paling tidak melalui 2 cara lain, yakni:
a.
Aktivitas
enzim sering tergantung pada ada atau tidaknya gugus amino atau karboksil yang
bebas.
b.
pH
mengendalikan ionisasibeberapa substrat, dimana beberapa substrat harus
terionisasi dahulu sebelum dapat bereaksi.
5.
PENGARUH
PRODUK REAKSI
Laju reaksi enzimatik
dapat dikethui dengan cara mengukur laju pengurangan substrat atau laju
terbentuknya produk.
Penurunan laju reaksi ini kadang
disebabkan oleh denaturasi protein selama pengukuran berlangsung, tetapi factor
lain juga berperan.
6.
PENGARUH
UNSUR ATAU SENYAWA PENGHAMBAT ENZIM
Beberapa bahan asing
dapat menghalangi efek katalitik enzim. Penghambat kompetitif umumnya mempunyai
struktur yang mirip dengan substrat sehingga dapat berkompetisi untuk sisi
aktif enzim. Penambahan substrat dapat mengatasi masalah hambatan oleh senyawa
penghambat kompetitif ini.
Tanaman kacang-kacangan
dan tanaman leguminosa tertentu mengandung malonat dalam konsentrasi relative
tinggi, tetapi mungkin manolat tersebut terisolasi dalam vakuola sehingga tidak
menghambat respirasi.
Penghambat suksinat
dehidroginase lainnya yang potensial adalah oksaloasetat (-OOCH-CH2-CO-COO-),
suatu senyawa antara yang normal terbentuk pada Siklus Krebs.
Penghambat non
kompetitif juga dapat bergabung dengan enzim tetapi tidak pada sisi aktif
enzim.
Enzim juga dihambat secara non
kompetitif oleh penyebab denaturasi protein seperti asam atau basa pekat atau
oleh konsentrasi urea yang tinggi, konsentrasi detergen yangtinggi, yang
memutuskan ikatan hidrogen.
DAFTAR
PUSTAKA
Lakitan,
Benyamin. 1993. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. PT Raja Grafindo Persada:
Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar